Sabtu, 25 Juni 2011


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Menurut penelitian pada tahun 1994, terdapat 110,4 juta penderita DM di dunia, pada tahun 2003, di Indonesia diperkirakan minimal sudah terdapat 4 juta penderita DM.
Dari sekian banyak penderita Diabetes Melitus sering terjadi masalah-masalah yang meliputi Ketoacidosis deabetikum (DKA) koma non karosis heperos molar (koma hiperglikemia), micro angiopati, retinopati diabetika (gangguan ginjal yang diakibatkan karena penderita mengidap DM dalam waktu yang cukup lama). Retinopati diabetika dapat menyebabkan beberapa bentuk kerusakan pada mata seperti katarak dan glaukoma atau meningkatnya tekanan pada bola mata, tetapi yang sering terjadi adalah bentuk retinopati yang dapat menyebabkan kebutaan.

B.     Tujuan Penulisan
a.       Agar mahasiswa tahu dan mengerti tentang DM pada anak.
b.      Agar mahasiswa tahu dan mengerti tentang Etiologi sepatofisiologis DM pada anak.
c.       Agar mahasiswa tahu dan mengerti tentang gejala-gejala klinis dari penyakit DM pada anak.
d.      Agar mahasiswa tahu dan mengerti tentang cara memberikan Asuhan Keperawatan pada kasus DM pada anak.

C.     Batasan Masalah
Karena keterbatasan waktu yang kami miliki serta banyaknya materi tentang DM, maka dalam makalah ini kami hanya membatasi/membahas Askep DM pada anak.



D.    Sistematika Penulisan
Dalam penulisan makalah ini kami menggunakan sistematika dengan mengumpulkan berbagai literatur dan kepustakaan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.     Pengertian
Diabetes melitus adalah suatu gangguan metabolisme energi akibat defisiensi insulin atau kerja insulin, dan dicirikan dengan adanya perubahan homeostasis karbohidrat, protein, dan lemak.
Merupakan gangguan metabolik/endokrin yang paling umum pada masa kanak-kanak dengan konsekuensi penting terhadap perkembangan fisik dan emosi.

B.     Klasifikasi Diabetes Melitus
  1. Diabetes Melitus tergantung insulin (insulin – dependent deabetes mellitus [IDDM] atau tipe I), ditandai dengan katabolisme dan terjadinya ketosis jika tidak ada terapi pengganti insulin, awitan biasanya terjadi pada masa kanak-kanak dan remaja tetapi dapat juga terjadi pada usia berapapun.
  2. Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (Non – insulin dependent deabetes mellitus [NIDDM] atau type II), melibatkan tahanan terhadap kerja insulin dan sekresi insulin di mediasi, glukosa, defektif, awitan biasanya setelah usia 40 tahun dan dianggap heterogenitas orang yang terkena mungkin akan memerlukan atau juga tidak memerlukan injeksi insulin setiap hari.

C.     Etiologi 
Sebab dasar temuan klinis awal yang predominan pada Diabetes masa kanak-kanak adalah sekresi insulin yang menurun tajam.

D.    Manifestasi Klinis
Sebagian besar anak-anak diabetes melitus awalnya dengan riwayat polivria, polidipsia, polifagia dan kehilangan berat badan. Lamanya gejala bervariasi tetapi sering kali kurang dari 1 bulan.
Adanya petunjuk polivria adalah kelesuan, kelemahan dan kehilangan berat badan, berat badan yang menurun kendatipun peningkatan masukan diit.
Keto asidosis merupakan penyebab gejala awal pada sebagian anak diabetik, manifestasi awal relatif ringan berupa muntah-muntah, dehidrasi, hiperglikemia, ketonemia glukoseria, ketonvria.
Koma hiperosmolat non ketonik merupakan suatu sindrom yang dicirikan dengan hiperglikemia berat.

E.     Patofisiologis 
Destruksi progressif sel-sel beta mengarah pada defisiensi insulin progressif, defisiensi insulin merupakan cacat primer, beberapa perubahan sekunder yang melibatkan hormon (epinefrin, kortisol, hormon pertumbuhan dan glukagon) memperbesar kecepatan dan beratnya dekompensasi metabolik.
Defisiensi insulin bersama kadar epinefrin, kortisol, hormon pertumbuhan dan glukagoa plasma yang berlebihan berakibat produksi glukosa yang tak terkendali serta gangguan penggunaannya, akibatnya timbul hiperglikemia dan peningkatan osmolar.
Terjadi glukosuria bila ambang ginjal sekitar 160 mg/dt dilewati maka akan terjadi deuresis osmotik yang timbulnya mengakibatkan polivria, dehidrasi dan polidipsia, kompensasi.


BAB III
TINJAUAN KASUS

A.     Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 4 Mei 2005
a.       Identitas Klien
Nama                     : An. M
Usia                       : 5 th.
Jenis Kelamin         : laki-laki
Suku bangsa           : Jawa
Alamat                   : Jl. Anyelir 12 A Surabaya
Tgl. MRS               : 3 Mei 2005
Nama Orang Tua    : Tn. J dan Ny. L.
Diagnosa Medis      : Diabetes melitus
b.      Keluhan Utama
Ibu kx mengatakan bahwa kx sering mengeluh cepat lelah dan rasa haus meningkat (pingin minum terus)
c.       Riwayat Kehamilan
1.      Prenatal
Pada kehamilan 8 bulan ibu px selalu memeriksakan kehamilannya secara rutin pada puskesmas setempat.
2.      Natal
Px dilahirkan di Rumah Sakit dan tidak mengalami trauma persalinan, umur kehamilan cukup bulan, lahir spontan berat badan 3,8 kg.
3.      Post Natal
Setelah lahir tali pusat dipotong oleh bidan dengan menggunakan gunting dan dirawat dengan memberikan kapas alkohol. Kx diberi makanan tambahan mulai umur 6 bulan.
d.      Riwayat Penyakit Dahulu
Sejak kecil kx sering sakit-sakitan (panas)


e.       Riwayat Keluarga
Ibu kx mengatakan bahwa sejak 2 tahun sebelum mengandung dirinya mengidap penyakit DM.
f.        Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu kx mengatakan bahwa sejak ±15 hari yang lalu kx sering mengeluh cepat lelah, sering buang air kecil, nafsu makan meningkat, rasa haus meningkat (pingin minum terus), berat badan menurun, penmdengaran dan penglihatan kabur. Penurunan tingkat kesadaran dan keadaan ini terus bertambah berat. Akhirnya pada tanggal 3 Mei 2005 kx dibawa ke Rumah Sakit oleh keluarganya.
g.       Riwayat Imunisasi
Kx sudah mendapatkan imunisasi lengkap sesuai dengan program pemerintah.
(BCG, DPT, Hepatitis B dan Campak )

B.     Pengkajian Tumbuh Kembang
a.       Adaptasi sosial
Kx mampu beradaptasi dengan lingkungan/orang disekitarnya dengan baik.
b.      Bahasa.
Px dapat berbicara secara jelas meskipun beberapa penyusunan bunyi masih tidak sempurna, px berespon terhadap panggilan dariorang lain/ayah/ibu.
c.       Motorik Halus
Kx mempunyai kemampuan menggambar, makan dan minum sendiri, mencoret-coret di atas kertas.
d.      Motorik Kasar
Px dapat berjalan dan berlari, mampu menaiki tangga, melompat dan menendang bola.





C.     Pola – pola Kesehatan                
1.      Pola Persepsi dan Tatalaksana Hidup Sehat.
Sebelum masuk Rumah Sakit ibu kx mengatakan bahwa kx dimandikan 2X sehari, keramas 3 kali seminggu, jika sakit ibu kx memeriksakannya ke Puskesmas terdekat.
2.      Pola Nutrisi dan Metabolisme.
Sebelum Masuk Rumah Sakit ibu kx mengatakan bahwa anaknya makan 3X sehari dengan komposisi lauk, sayur, porsi makan habis kx minum air putih 5 – 6 gelas perhari BB = 16,5 kg, TB = 96 cm.
3.      Pola Aktivitas
Sebelum masuk Rumah Sakit ibu kx mengatakan bahwa anaknya sering bermain dengan teman seusianya, kx mau bergaul dengan orang di sekitarnya. Di Rumah Sakit kx terlihat murung kurang respon saat ditanya kx tidak begitu aktif terlihat lelah.
4.      Pola Eliminasi
Sebelum masuk Rumah Sakit ibu kx mengatakan bahwa kx BAB 1 X perhari dengan konsistensi warna kuning jernih bau khas fases. Buang air kecil 6 – 7 X perhari dengan warna kuning,pucat.
Di Rumah Sakit px BAB 1 X perhari dengan konsistensi agak lembek warna kuning jernih bau khas fases. BAK 5 – 6 X perhari, warna kuning pucat.
5.      Pola Istirahat dan Tidur.
Ibu kx mengatakan bahwa sebelum dan ketika di Rumah Sakit kx pada malam hari kurang bisa tidur dengan nyaman karena sering buang air kecil dan kadang-kadang kx ngompol.
6.      Pola Sensorik dan Kognitif.
Penglihatan dan pendengaran px sedikit terganggu dan panca indera lainnya dapat berfungsi dengan normal.
7.      Pola Persepsi Diri.
Ibu kx sering bertanya perihal penyakit anaknya kepada perawat, dokter karena kurangnya informasi yang didapat.
8.      Pola Hubungan dan Peran.
Px adalah anak pertama di dalam keluarganya dan belum punya adik, kx sudah masuk sekolah TK, px dapat bergaul dengan teman-teman dengan baik, dengan keluarganya px sangat harmonis.
9.      Pola Reproduksi dan Seksual.
Kx berjenis kelamin laki-laki
10.  Pola Penanggulangan stress.
Px lebih dekat dengan ibunya, apabila merasakan keluhan seperti rasa haus, merasa lelah dsb selalu mengadukannya kepada ibunya.
11.  Pola Tata Nilai dan Kepercayaan.
Keluarga kx beragama Islam dan taat beribadah. Kx belum dapat melaksanakan ibadah secara tepat dan benar, tetapi kx sudah dapat mengerti beberapa do’a-do’a harian (seperti do’a mau makan, sesudah makan dsb)

D.    Pemeriksaan Fisik
1.      Keadaan Umum
Kesadaran menurun, pendengaran dan penglihatan terganggu (kabur)
2.      Kepala dan Leher
Kepala simetris, rambut warna hitam tekstur halus, tidak terdapat odema pada mata, mukosa bibir kering, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid pada leher
3.      Sistem Kardiovaskuler
Nadi 90 x/menit (normal 75 s/d 115), tekanan darah 90/60 mmHg, suhu 38oC
4.      Sistem Respirasi
Tidak ada suara tambahan, pergerakan dada simetris
5.      Sistem Gastrointestinal
Mual, muntah, tidak terdapat asites, tidak ada nyeri tekan, suara timpani, tekstur kulit halus
6.      Sistem Muskuluskeletal.
Tidak ada nyeri sendi
     
E.     Pemeriksaan Penunjang


Hasil
Harga normal
Keterangan
Laboratorium :
S6OT
45
5 – 34 U/L
Tinggi

S6BT
68
10 – 35 U/L
Tinggi

Kolesterol
Traekstrigliserida
150
301
0 – 240 mg/DL
30 – 200 mg/DL
Normal
Tinggi

Uric acid
10,6
3,5 – 7,2 ml/DL
Tinggi

F.      Analisa data
Tanggal 04 mei 2005
1.      Data Pertama
DS  : Ibu kx mengatakan bahwa kx merasa haus dan pingin minum terus
DO :  keadaan umum lemah, poliuri, mukosa bibir kering, muntah, turgor kulit jelek.
T : 90/60 mmhg               N : 90x/menit                suhu : 38oC
Masalah : resiko refosit cairan.
Kemungkinan penyebab : deurisis osmotik (hiperglikemia)
2.      Data Kedua
DS : Ibu kx mengatakan bahwa anaknya tidak bisa tidur dengan nyenyak  pada malam hari, pingin kencing terus.
DO :  keadaan umum lemah, cemas, sering bangun pada malam hari
T : 90/60 mmhg               N : 90x/menit                suhu : 38oC
Masalah : gangguan istirahat / tidur.
Kemungkinan penyebab : nokturia
3.      Data Ketiga
DS : Ibu kx mengatakan bahwa kx cepat lelah, pendengaran kabur dan penglihatan kabur
DO :  keadaan umum lemah, tidak mampu mempertahankan rutinitas biasanya, maka minum dibantu oleh ibunya
T : 90/60 mmhg               N : 90x/menit                suhu : 38oC
Masalah : kelelahan.
Kemungkinan penyebab : penurunan produksi energi metabolik

G.    Diagnosa Keperawatan
1.      Resiko terjadinya defisit cairan berhubungan dengan deurisis osmotik (hiperglikemia)
2.      Gangguan istirahat / tidur berhubungan dengan nokturia
3.      Kelemahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik

H.    Perencanaan
Tanggal 04 mei 2005         
1.      Diagnosa Pertama
a.       Resiko terjadinya defisit cairan berhubungan dengan deurisis osmotik (hiperglikemia)
b.      Tujuan : cairan adekuat dalam waktu 1x24 jam
c.       Kriteria hasil
-         Tanda – tanda vital stabil.
-         Turgor kulit halus
-         Intake dan output seimbang
-         Membran mukosa lembab
d.      Rencana tindakan.
1.   Lakukan pendekatan pada px (keluarga) dan jelaskan tentang tindakan yang akan dilakukan.
2.      Observasi tanda – tanda vital catat adanya perubahan TD ostostastik
3.      Pantau masukan dan pengeluaran, catat berat jenis urine
4.      Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi cairan infus dan obat – obatan hiperglikemia oral maupun terapi cairan 
e.   Rasional
1. Hubungan yang baik akan mempermudah tindakan yang akan dilakukan
2.   Untuk mengetahui keadaan umum kx
3.   Untuk memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti dan keefektifan dari terapi yang diberikan
4.   Menentukan jenis cairan yang tepat dan obat – obatan yang tepat dapat mempercepat proses penyembuhan
2.      Diagnosa kedua
a.       Gangguan pola tidur berhubungan dengan nokturia
b.      Tujuan : pola tidur dapat terpenuhi dalam waktu 2x24 jam
c.   Kriteria hasil
c.       Kx terlihat tenang
d.      Tidur terpenuhi ± 10 – 11 jam/hari
e.       Tidak terbangun pada malam hari
d.   Rencana tindakan.
1.   Ciptakan lingkungan yang tenang
2.   Pasang pemper sebelum tidur
3.   Hindarkan makanan – makanan yang banyak mengandung air
4.   Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
e.   Rasional
1.   Lingkungan yang tenang dapat mempermudah tidur
2.   Antisipasi apabila px ngompol
3.   Dapat memperbanyak produksi urin
4.   Pemberian obat yang tepat dapat mempercepat proses penyembuhan
3.  Diagnosa Ketiga
a.       Kelemahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik
b.      Tujuan : produksi energi metabolik meningkat sesuai dengan kebutuhan dalam waktu 1 X 24 jam
c.       Kriteria hasil :
-        Mampu berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan
-        Tanda-tanda vital normal
-        Px tampak segar
d.      Rencana Tindakan :
1.      Identifikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan.
2.      Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup tanpa diganggu
3.      Pantau nadi tekanan darah sebelum dan sesudah melakukan aktivitas.
4.      Tingkatkan partisipasi dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan yang dapat ditoleransi.
e.       Rasional
1.      Untuk meningkatkan tingkat aktivitas
2.      Mencegah kelelahan yang berlebihan
3.      Mengidentifikasi tingkat aktivitas yang dapat di toleransi secara Risiologis
4.      Meningkatkan percaya diri/harga diri yang positif sebagai tingkat aktivitas yang dapat di toleransi px

I.       Pelaksanaan
Tanggal 4 Mei 2005
A.     Diagnosa Pertama
Resiko terjadinya defisit cairan berhubungan dengan diuris osmotik (hiperglikemia)
1.      Melakukan pendekatan kepada keluarga
R/ keluarga kooperatif dan mau menerima tindakan yang akan dilakukan kepada anaknya.
2.      Melakukan observasi tanda-tanda vital
R/   px kooperatif hasil T = 90/60 mmHg, N = 90 x/menit, suhu = 380 C
3.      Memantau masukan dan pengeluaran
R/ masukan 6 – 7 gelas/hari pengeluaran 6 – 7 x/hari.
4.      Melakukan kolaborasi dengan tim medis
R/ px kolaboratif saat dipasang infus.
B.     Diagnosa Kedua
Gangguan pola tidur berhubungan dengan muktoria
1.      Menciptakan lingkungan yang tenang
R/ kx merasa lebih nyaman
2.      Memasang pampers sebelum tidur
R/ kx kooperatif terlihat lebih nyaman
3.      Menghindarkan makanan yang banyak mengandung air
R/ px mau menerima makanan pengganti
4.      Melakukan kolaborasi dengan tim medis.
R/ tidur px lebih nyaman.
C.     Diagnosa Ketiga
Kelemahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik
1.      Mengidentifikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan
2.      Memberikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup yanpa diganggu
3.      Melakukan observasi TTV
4.      Memberikan partisipasi dalam aktivitas sehari-hari.

J.      Evaluasi 
1.      Tanggal 5 Mei 2005
Diagnosa Pertama
Resiko terjadinya kerrosit cairan berhubungan dengan deurisis osmotik (hiperglikemia)
S    =    ibu kx mengatakan bahwa kx sudah tidak merasakan haus
O   =    tanda-tanda vital stabil, turgor kulit baik, intakoutput seimbang, membran mukosa seimbang
A   =    Masalah teratasi
P    =    rencana tindakan dihentikan
2.      Tanggal 6 Mei 2005
Diagnosa Kedua
Gangguan pola tidur berhubungan dengan moklusia
S    =    ibu kx mengatakan tidur kx agak nyaman.
O   =    kx terlihat tenang
A   =    masalah teratasi
P    =    rencana tindakan dipertahankan (2,3)

3.      Tanggal 5 Mei 2005
Diagnosa Ketiga
Kelemahan berhubungan dengan penurunan produksi energi
S    =    ibu kx mengatakan bahwa rasa lelah yang dirasakan anaknya lumayan berkurang..
O   =    tanda vital normal, nampak sedikit lebih baik
A   =    masalah teratasi
P    =    rencana tindakan dipertahankan. (2,4)
























DAFTAR PUSTAKA

Donna L. Wong, “Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik” Ed.4, EGC, Jakarta, 2003



0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright (c) 2010 ASKEP KOE. Design by WPThemes Expert

Themes By Buy My Themes and Direct Line Insurance.